Selasa, 09 April 2013

PERNIKAHAN (BARALEK GADANG)


Baralek Minang menjadi sebuah upacara perkawinan yang unik bagi saya. Bukan hanya karena upacara ini di langsungkan di tempat yang baru, namun juga karena rangkaian upacaranya yang terbilang tidak biasa. Di Koto Kaciak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, saya mendapat kesempatan mengikuti serangkaian upacara perkawinan kerabat saya.



Sehari sebelum hari H, saya tiba di sana. Sebuah pelaminan khas minang berwarna dominan merah dan emas langsung menjadi pusat perhatian saya, sederhana namun tetap terlihat megah. Alunan talempong, alat musik khas minang, terdengar jelas, namun saya tak menemukan pemainnya di dekat-dekat saya. Ternyata, talempong itu dimainkan oleh beberapa orang ibu-ibu di dapur.

Keberadaan talempong itu menjadi sebuah tanda bahwa sebuah keluarga sedang menyelenggarakan Baralek. Talempong ini akan dibunyikan dari subuh sampai mereka selesai malam harinya. Selain talempong, tambuah juga menjadi hal yang penting dalam upacara perkawinan Minang. Tambuah adalah alat-alat perkusi dan terompet yang terbuat dari daun kelapa, yang dimainkan berbarengan dengan atraksi pencak silat. Tambuah ini bisa dikatakan 'Tanjidor ala Minang' yang nantinya akan memeriahkan perarakan pengantin.



Pada hari H, kedua mempelai di rias di tempat berbeda yang jauh dari tempat resepsi diadakan. Biasanya, mereka akan dirias di rumah saudara. Sang mempelai laki-laki nantinya akan menjemput sang mempelai perempuan, kemudian mereka di arak keliling desa bersama dengan keluarga kedua mempelai, tamu dan para pemain tambuah.



Biasanya, perarakan dilakukan dua kali. Pertama, mereka di arak dari tempat dirias menuju ke tempat resepsi. Sesampainya di tempat resepsi, mereka akan makan bersama terlebih dahulu bersama tamu-tamu, dan kemudian melanjutkan perarakan keliling desa.Namun tak hanya berhenti sampai di situ, kedua mempelai masih harus melakukan satu ritual lagi yang disebut Manjalang. Manjalang adalah bagian akhir dari rangkaian upacara adat ini.Kedua mempelai harus mendatangi tiap-tiap keluarga yang memberi mereka kado dan membawakan ikan emas matang bagi mereka. Semua harus dilakukan dengan berjalan kaki, sehingga tak heran jika upacara perkawinan adat Minang ini menguras energi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar